Selasa, November 16, 2010

Psikologi Anak Remaja

Meski sudah lama tidak pernak dipanggil anak-anak lagi di rumah maupun di sekolah, tapi perasaan aku masih seperti anak-anak. Kalau dulu di panggil anak-anak, itu artinya kita masih bisa lari-lari kesana kemari, main-main sepanjang waktu, merengek sama mama, deelel. Tapi sekarang sudah tak bisa lagi. Sekarang, kalau seumpama aku lari-lari aja keluar dari kamar, pasti kena tegur. Jadi mesti bagaimana lagi? Kan uda telat, masa ga diburu-buruin.
Makin aku berusaha menjelaskan alasan, makin banyak teguran yang akan didapat. "blablablablabla"


Psikologi seorang anak remaja yang masih terlalu labil, tidak bisa ditebak, dan sensitif sangat tidak mudah untuk dihadapi. Terkadang remaja itu ingin kembali menjadi anak-anak agar bisa bebas melakukan hal yang mereka sukai. Disamping itu, terkadang mereka merasa diri mereka sudah cukup pentar dalam mengambil keputusan. Padahal sering kali keputusan yang mereka ambil itu adalah salah.
Remaja pada umumnya aktif, selalu penuh gejolak, tetapi juga sensitif. Mereka suka sekali diperhatikan. Sehingga mereka cenderung banyak beraktivitas dan melakukan hal-hal yang kurang wajar, hanya untuk mendapatkan kesan dari orang lain - yang bahkan tidak ia kenal.
Masalah yang sering dihadapi adalah "cinta monyet". Kemana-mana, dimana aja, kapan aja, pasti ada pembicaraan tentang percintaan yang masih kekanak-kanakan. Karena selain ingin mendapatkan perhatian dari orang di sekitarnya, mereka juga memiliki ketertarikan yang besar terhadap lawan jenisnya. Itulah sebabnya mereka akan selalu membicarakan hal yang mereka anggap menarik dari lawan jenis yang mereka sukai.
Sering klai mereka menyukai lebih dari satu orang. Tetapi rasa suka itu semata hanya ceientea emoenyete.

Merasa dirinya paling benar, sudah dewasa, dan tidak suka di nasaehati. Remaja sangat normal untuk melakukan kesalahan. Karena mereka masih dalam peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Puber juga salah satu hal yang normal yang dialami remaja. Masa puber remaja perempuan lebih cepat dibandingkan dengan masa puber remaja laki-laki. Hal ini tidak berpengaruh apa-apa terhadap psikologi mereka. Hanya saja, kalau cara menghadapi prilaku mereka salah, maka mereka cenderung berani memberontak dan mencari jalan mereka sendiri.

Banyak sekali hal yang dapat mempengaruhi tingkah polah remaja. Baik dari dari dalam diri sendiri, maupun dari lingkungan di sekitarnya. Mereka juga tertarik pada hal-hal yang bersifat 'W.A.H.!", karena mereka cenderung ingin diperhatikan. Sinetron yang mereka tonton, gaya pakaian artis, cara berkomunikasi bintang film, atau apa saja yang mereka anggap penting -yang sebenarnya tidak penting sama sekali- dan sering mereka dapati di sekitar mereka, akan menjadi bahan contoh mereka untuk menjalani kehidupannya.
Pengaruh dari dalam diri sendiri juga kuat. Mereka akan mendapatkan kepuasan mental dan emosional jika mendapat apa yang mereka inginkan dengan cara yang mereka sukai. Intinya, ingin menjadi PUBLIC ATTENTION.

Labil dalam masalah prilaku, disebabkan pemikiran yang masih setengah-setengah. Remaja tidak bisa diperlakukan keras dan tidak bisa juga dilembut-lembutin. Harus dengan tegas dan  tetapi tidak bersifat mengancam.

Sikap orang tua sangat berpengaruh terhadap sifat anak. Karena masih ada ikatan batin antara orang tua dan anak, jadi seingin-inginnya anak itu menjadi makhluk yang bebas, tetapi, ikatan denagn orang tuanya sendiri tidak dapat ia lepas begutu saja. Maka bagi orang tua yang merasa kurang berinteraksi dengan remaja mereka, jangan salahkan siapa-siapa jika kelak remaja mereka menjadi orang yang tidak baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan ngomen postingan saya ^^