Sebagian pihak masih meragukan bahwa kondom atau alat kontrasepsi ini bisa mencegah kehamilan atau penularan penyakit kepada pasangan. Hal ini disebabkan adanya dugaan bahwa kondom yang saat ini beredar memiliki pori sehingga cairan bisa tetap keluar dari kondom tersebut.
Pada kunjungan Kompas TV dan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) ke pabrik kondom di kawasan Banjaran, Bandung, Jawa Barat, ditunjukkan cara pembuatan kondom sejak awal hingga pengepakan untuk dijual ke pasaran.
Mula-mula, kondom yang terbuat dari bahan karet lateks dicampurkan dengan bahan-bahan kimia di sebuah tong yang berputar. Tong besar ini disebut sebagai ball mills, yang tujuannya untuk memperkecil ukuran partikel sebelum menjadi kondom.
Seusai proses ball mills selama empat sampai lima hari, bahan-bahan yang sudah tercampur tersebut divulkanisasi. Pada proses ini bahan-bahan kimia kemudian dicampur lagi dengan bahan-bahan penstabil suspensi selama 7,5 jam. Seusai proses tersebut, kemudian lateks dicetak dan diberikan bahan atau warna sesuai dengan keinginan pasar.
Proses pencetakan pada kondom dilakukan dengan dua tahap, pertama adalah pencetakan bentuk kondom, selanjutnya proses pewarnaan jika kondom diproduksi dengan warna-warna menarik. Tak perlu khawatir dengan proses cetak dua tahap ini karena ketipisan dan kualitas lateks yang bagus tidak akan berpengaruh terhadap pemakai kondom.
Setelah dicetak dan diuji kemudian kondom dikemas di sebuah ruangan khusus agar kondom tidak terkontaminasi dengan bahan lainnya. Pada setiap langkah yang dilakukan pada pembuatan kondom tersebut, proses pengujian tetap dilakukan agar kualitas kondom tetap terjaga.
Kondom yang diproduksi di Banjaran ini memiliki beragam variasi, mulai dari kondom bergerigi, memiliki ulir, sangat tipis, hingga yang panjang.
(Hasan/Kompas TV)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ngomen postingan saya ^^